Kamis, 18 Februari 2010

perlu banyak belajar tentang ham...hak dan kewajiban

Senin, 15 Februari 2010

mengubah oreientasi perjalanan hidup dan penghidupan kedepan

rahayu...
menjadi orang yang bisa segala tidak bisa ..memang urip bisa segalanya..tetapi bisa gak kita benar benar bisa gondelan urip kita..bisakah urip sebagai guru sejati kita yang gak pernah lelah...serta mampukah kita manut dan nurut karsane urip..karena seprono seprene orang jawa bahkan orang sabrang bicara manunggaling kawula gusti...tapi semua itu hanya kata kata......wujudnya dimana.hasil riil kehidupan berbangsa dan bernegara..itu apa? kalau kita mau membangun bangsa..maka yang mendasar harus dilihat adalah instrumen atau alat atau srana untuk membangun bangsa itu apa? alatnya adalah manusia yang baik..satu saja..gak usah muluk muluk kalau orang udah baik gak ada pelanggaran hukum .gak ada korupsi , semua serba saling cinta kasih.maka sarana agar orang bisa baik harus mengenal diri dan sangkan parane dan hanane dumadi..lewat sarana kuncinya hidup selanjutnya..menuju kekasampurnaning urip dan sampurnaning wong urip.....

rahayu

filsafat jawa masa depan

[d'Gareng] Filsafat Jawa Masa Depan Apr 28, '09 11:41 AM
for everyone
Filsafat Jawa Masa Depan Apr 28, '09 10:27 PM
for everyone
09-07-2006
Darmanto Jatman

PJ ZOETMULDER barangkali layak disebut sebagai "bapak baptis" Filsafat Jawa. Ketika pada tahun 1940-an, Pemerintah Belanda menugasi Brugman menjadi panitia penyelidik kemungkinan pendirian Faculteit der Letteren di Indonesia serta menjajagi kemungkinan ada filsafat asli Indonesia, Brugman memberikan catatan, di Indoensia tidak diketemukan filsafat asli -termasuk tentu, Filsafat Jawa. Nah. Pada waktu itulah Zoetmulder yang telah menulis Kalangwan, kalangon, keindahan Jawa serta Pantheisme & Monisme Jawa, "Manunggaling Kawula-Gusti", agaknya berhasil menggugah para cendekiawan untuk menumbuhkembangkan filsafat asli Jawa -apalagi dalam babagan kesusastraan Jawa, Raden Ngabehi Ranggawarsita sudah dinyatakan sebagai "pujangga pungkasan".

Sekalipun Zoetmulder boleh dianggap mencampuradukkan filsafat dengan kesusastraan, namun pembuktian ada tatanan, kaidah hakiki asli Jawa dalam berbagai karya Sansekerta apalagi Jawa kuno, telah membuat Abdullah Citroprawiro menberanikan diri untuk membuat daftar filsuf asli Jawa sejak Mpu Kanwa, Mpu Tantular, sampai masa keemasan budaya Jawa yang disebut "renaisans Jawa" melalui Kiai Yasadipura I, II, Ranggawarsita, Paku Buwana IV, dan Mangkunegara IV.

Lalu filsuf Jawa kontemporernya mana?! Bhaktinendra memang telah menulis Bagus Sriman Cari Ilmu yang mengungkapkan perjalanan batin, laku, Bagus Sriman dalam mempertanyakan hal-hal hakiki dalam kehidupan orang Jawa, termasuk tentu saja "Sangkan Paraning Dumadi", Jumbuhing kawula-Gusti", serta Anugerah, Berkah, Ibadah yang disebut "dharma" itu. Baktinendra memang belum genap setengah abad, jadi boleh dibilang ia "generasi baru". Jawa yang tak terlalu jauh kehidupannya dari hotel-hotel berbintang, seperti ketika kami ketemu di Hotel Novotel beberapa waktu yang lalu. Bhakti membisiki, ada seorang pemikir filsafat Jawa yang amat produktif. Dalam beberapa tahun ini saja dia sudah menerbitkan puluhan buku, Doktor Purwadi. "Masih sangat muda," ujar Bhakti kagum, "Dialah filsuf Jawa masa depan!" Saya juga berbisik kepadanya, "Bagi saya sih Suwardi Endraswara lebih mengesankan, barangkali sepantaran Purwadi, tetapi bukunya, Falsafah Hidup Jawa, telah memberikan pepadang, enlightenment, tentang "manunggaling kawula-Gusti" lebih jelas dari Doktor Zoetmulder!". Bhakti, masih berbisik, pesan kapucino, lantas secara lebih jelas berkata, "Purwadi menyatakan bahwa menjadi filsuf di Jawa itu tidak perlu jauh dari kehidupan rakyat kecil, dari "budaya alit". Filsuf itu tidak seperti begawan-brahmana dalam Filsafat India, tetapi seperti panakawan, Semar, Sang Panonong!

Inilah titik krusial dalam alam pemikiran Jawa -yang tentu perlu dibedakan dari kejawen, atau agami jawi atau Islam Jawa. Ketika dalam Budaya Gung, Ranggawarsita telah menjadi "pujangga pungkasan", muncullah para bujangga lit yang memperkenalkan apa yang kelak disebut sebagai Kebatinan Jawa, seperti yang diujarkan oleh Sosrokartono, Soenarto Mertowardoyo, "Jangan lupa Sapta Darma," ujar Bhakti pula, "Sementara wong cilik tidak pernah dijauhi tuntunan via berbagai pertunjukan wayang kulit, termasuk berbagai lakon wingit seperti Dewa Ruci, Begawan Ciptaning. Rakyat kecil sekarang punya peran nguri-uri kejawen sebagaimana dulu pernah dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan suluk dan tembang yang nglipurati." Iyalah wong cilik yang menghidup-hidupkan "budaya lit" memang tidak mempraktikkan tapa atau kontemplasi, tapi zikir, suluk, begitupun semaan atau baca koran; lha wong sastra jemdra hayuningrat saja sudah pakai "laku & patrap" untuk membacanya kok. "Budaya tulis memang selalu dianggap lebih wingit, sakral, ketimbang budaya lisan yang lebih merakyat dan sekular!".

Lalu, bagaimana dengan kebangkitan spiritualitas dunia masa kini?!

Iyalah! Baru beberapa hari yang lewat saya ketemu doktor filsafat di dusun Randujayan, Pakem, Yogya. Ia mengingatkan saya bahwa "Jawa itu one stop ahead lo dibanding Barat!" Saya juga ingat Prof Satjipto Rahardjo yang mengingkan bahwa Soemantri Hardjoprakosa itu sudah 50 tahun lebih dulu ketimbang Ian Marshal & Danah Zohar yang kelak kondang dengan SQ (Spiritual Quotient)-nya. "Tapi Indonesia memang susah diungguli oleh Barat kok dalam bidang spiritual ini," bisik Bilung di tepi grojogan di Randujayan itu, "Ary Ginanjar sekarang lagi kondang-kondangnya dengan ESQ-nya: Pelatihan (!), bukan sekadar wacana! Dulu kan nenek moyang kita cuma kasih wacana soal wahyu cakraningrat atau wahyu maniningrat, sekarang Ary Ginanjar sudah bikin pelatihan untuk para peserta mengalami revolusi rohani. "Setiap orang bisa deh 'dapat wahyu' kayak Abimanyu," ujar bilung menegaskan. Tapi bukankah pelatihan itu bukan "Javanese way untuk memperoleh kesempurnaan?!" Bukankah, "Jawa memilih jalan yang sukar ketimbang yang gampang?! Bukankah para birokrat Jawa selalu bersemboyan, "Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah?!" Seolah-olah manfaat teknologi agar hidup lebih "convenience tidak laku di Jawa. Orang masih saja maido bila ada orang bisa bertapa dengan mudah; atau prihatin dengan enak ketimbang bertapa yang sarat dan berat seperti yang dilakukan Bima atau prihatin yang berdarah-darah, rekasa, seperti para panakawan! "Bukankah jalan menuju kautaman tidak pernah mudah? Yang mudah pasti anjog ke kesusahan!" Sayang!

Benarkah Jawa tidak mengenal jalan yang mudah, murah, menuju ke keutamaan budi luhur?!

Di ndalem joglo Randujayan itulah saya mendengar bisik yang sayup itu, "Sajatine kabeh iku ora ana, kang ora iku dudu!" Lha yang dudu itu apa hayo? 100 tahun pengetan rama Zoetmulder itu pastilah bukan kehendak dari rama sendiri. Sekalipun "dudu", nanging ya kabeh iku mau!


--
Posting oleh d'Gareng ke d'Gareng pada 4/28/2009 10:40:00 PM
Prev: [d'Gareng] FESTIVAL WAYANG INDONESIA KE-2
Next: [d'Gareng] Mburu Antenge Pikir
reply share

jokosukisno1421
audio reply video reply
Add a Comment
For:
Add a comment to this blog entry, for everyone
Send dadigarengsik a personal message
Subject:


-

Jumat, 12 Februari 2010

coba lihat daddigarengsik.multiply.com

Kamis, 11 Februari 2010

dadigarengsik.

Rabu, 10 Februari 2010

sejarah yang tidak boleh dilupakan

Mempertimbangkan Sejarah

George Soedarsono Esthu 10 Februari jam 21:57 Balas
Oleh: W.S Rendra
Bagian 3 dari 4 tulisan

Marilah kita mundur ke belakang.

Konon nenek moyang kita datang dari Utara, mungkin sebelah Selatan Yunan. Sejak zaman neolitikum belum mengenal logam. Mereka memakai perahu tanpa layar dan hanya punya atap semata-mata, mengikuti angin muson sehingga sampai mentok ke Selatan ialah Nusantara.

Pada waktu ada angin balik ke Utara, mereka ikuti sampai Filipina dan Okinawa. Lalu pada angin balik Selatan, lagi mereka berlayar sampai ke Pulau Paskah di Lautran pasifik. Begitulah penyebaran orang neolitikum ini yang kemudian di Nusantara ditandai sebagai orang-orang Proto Melayu.

Mereka memilih tempat tinggal yang mirip dengan tanah asal mereka yaitu di dataran-dataran tinggi. Berumah di atas tiang sebagaimana juga di tanah asal mereka. Mereka tinggal dalam kelompok-kelompok kampung yang diberi pagar dari kayu atau bambu agar terlindung dari gangguan binatang. Dan di dalam wilayah berpagar itu mereka menanam bahan makanan sehari-hari. Di luar pagar mereka menanam tanaman yang buahnya berkala musim dan menanam pohon kayu-kayuan yang bisa dipakai untuk membuat perkakas lunak. Dan pada lingkar terakhir mereka menanam pohon-pohon yang keras sifatnya.

Adapun mereka selalu memilih berkampung di dekat pohon Nibung karena di mana ada rumpun nibung, di situ ada sumber airnya. Mereka suka membuat tuak dari pohon aren atau siwalan. Mereka suka memelihara kerbau sebagi alat tukar yang paling tinggi harganya (lebih tinggi dari babi, ayam, atau ubi). Hidup mereka bersama sangat dikuasai oleh hukum adat. Hukum adat ini menurut kepercayaan mereka diciptakan oleh Tuhan di langit untuk menertibkan kehidupan manusia pertama yang diciptakan di langit itu. Sampai akhirnya ada yang turun ke bumi untuk memimpin orang-orang lain yang ikut turun bersamanya, dan menitahkan ada hukum adat semacam itu yang harus dipatuhi oleh setiap orang.

Di Toraja, di Tanah Batak, di Tanah Karo dan di Masyarakat Suku Naga di India tokoh yang pertama turun ke dunia dan membawa hukum adat itu sebagai ‘To-manurung’. Hirarki dalam tatanan masyarakat mereka: hukum adat dan penjaga adat adalah yang paling tinggi. Lalu para pemimpin masyarakat dan selanjutnya anggota masyarakat.

Arwah orangtua sangat dihormati. Upacara kematian selalu diselenggarakan secara besar-besaran. Dan menyembelih banyak kerbau yang harus berasal dari lingkungannya. Begitupun babi dan ayam yang disembelih harus berasal dari lingkungannya sendiri itu.

Ada juga upacara memindahkan batu besar dari tempat yang jauh dibawa secara beramai-ramai ke tanah dataran tinggi mereka dan dipancangkan sebagai menhir. Batu besar itu tidak untuk disembah. Itu sekedar monumen prestasi untuk kampung itu dan juga prestasi bagi orang yang membiayai proses itu, yang tentu saja sangat-sangat mahal.

Berapa saja kerbau yang harus disembelih! Berapa hari saja proses pengangkutan batu itu harus berjalan! Semua bahan makanan pasti sangat mahal. Itu pun masih harus ditutup dengan pesta besar untuk menutup akhir proyek. Semua tanduk dari kurban-kurban yang telah disembelih dipajang di tiang atap dari rumah sang Maecenas sebagai lencana prestasi dalam hidupnya.

Kaum komunis dan kaum kapitals mengkritik upacara-upacara mahal ini sebagai suatu pemborosan. Sebab kedua golongan itu mengikuti paham ekonomi akumulatif. Tapi sebenarnya upacara semacam itu bisa dianggap sebagai sosialisme primitif yang menganut paham ekonomi peredaran. Upacara-upacara itu sebenarnya adalah merupakan alibi untuk mengedarkan kembali akumulasi dari harta orang kaya di kampung itu kepada penduduk yang bermukim di situ. Sebab semua bahan, mulai dari bambu, rotan, ijuk, siwalan, tuak, babi, ayam, ubi, sampai kerbau haruslah berasal dari kampung tersebut.

Demikianlah gambaran masyarakat dengan kemerdekaan diri yang sangat tinggi tetapi sekaligus juga tunduk pada peraturan-paraturan yang menjaga kesejahteraan alam lingkungan di mana ia hidup dan kemaslahatan orang banyak dalam masyarakatnya.
Orang-orang Proto-Malayu ini di luar Nusantara disebut orang-orang Naga. Semuanya mempunyai ciri-ciri budaya seperti tersebut di atas. Tentu saja mereka tidak datang bermigrasi sekaligus. Memang secara besar-besaran tetapi secara bergelombang, silih berganti.

Sesudah zaman perunggu, artinya orang sudah mengenal padi dan irigasi dan peralatan pertanian, peralatan berproduksi serta berumah tangga, dari logam, muncullah gelombang perpindahan ke Nusantara yang kedua secara bergelombang silih berganti pula. Mereka itulah di Nusantara disebut sebagai orang-orang Deutro- Malayu Mereka memilih tempat di dataran rendah yang baik untuk bercocok tanam. Mereka tidak takut binatang buas karena mereka punya senjata logam yang lebih maju.

Mereka suka tinggal di mana mereka bisa bersawah lebih luas dan suka apabila sawah mereka berbatasan dengan hutan. Dari hutan mereka bisa berburu binatang dan mengambil rotan dan kayu bakar. Mereka pun sudah bisa membuat arang. Mereka tinggal di satu desa yang dikelilingi oleh sawah. Juga, mereka beternak dan membuat kerajinan tangan dengan bahan-bahan dari kayu, rotan, pandan, dan logam. Mereka itu dari kebudayaan tanah yang ekonominya agraris campur dengan manufaktur.

Kemudian ada pula orag-orang dari Deutro-Malayu yang lebih memilih tinggal di tepi sungai dan di pantai laut. Bahkan mereka membuat rumah-rumah di atas air. Perkampungan mereka mirip seperti dengan pulau-pulau yang terapung. Mereka memilih matapencaharian sebahagian besar sebagai pedagang. Tetapi ada pula yang menjadi nelayan. Mereka adalah orang-orang dari kebudayaan air. Lama-kelamaan kampung mereka bisa membesar menjadi Bandar atau bahkan menjadi kerajaan air.

Orang-orang dari kebudayaan tanah, terutama di Jawa menamakan habitatnya sebagai wanua. Inilah unit sosial terkecil dalam kebudayaan tanah. Kumpulan beberapa wanua disebut watak. Kumpulan watak disebut bhumi. Wanua-wanua itu dipimpin oleh rama (bapak=ayah), jadi sangat bersifat kekeluargaan. Kemudian beberapa wanua apabila bersatu mereka dipimpin oleh dewan rama. Kadang-kadang beberapa wanua menamakan pemimpin mereka sebagai rakyan (kakak).

Lalu apabila beberapa wanua bersatu mereka dipimpin oleh dewan rakyan. Jadi istilah dewan rama sama dengan dewan rakyan. Mereka dibantu oleh pejabat-pejabat yang mengurusi pengairan dan disebut sebagai hulu air dan juga pejabat yang mengawasi ketertiban perburuan agar dalam berburu orang tidak merusak lingkungan. Mereka disebut sebagai tuha buru. Dan ada pula yang mengurusi kesejahteraan lingkungan yang disebut tuhalas. Ada pula petugas yang mengurusi jembatan disebut hulu watan. Dan petugas yang mengurusi pasar disebut mapkan. (Bersambung)

judicial review..pnps no 1/1965

Tentang Batas
Menanggapi pengajuan Judicial Review UU PNPS No.1/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama, reaksi yang sangat keras dan menggebu-gebu muncul dari Menteri Agama Suryadharma Ali. Bukan hanya berkomentar secara nyinyir terhadap pengajuan itu, ia juga sangat berkepentingan dan menyiapkan segala energinya menghadapi proses ini. Konon, bahkan beliau mengumpulkan ormas-ormas Islam, termasuk ormas yang anti-demokrasi, untuk menyiapkan perlawanan terhadap upaya memperjuangkan kesetaraan warga negara.

Terkait dengan respon Menteri Agama dan Menteri Hukum dan HAM, ada dua hal menarik yang perlu ditanggapi, terutama menyangkut batas. Tentu pernyataan ini perlu ditanggapi bukan karena kedua menteri tersebut adalah manusia beragama. Tentu karena mereka adalah pejabat negara, yang berbicara atas nama pemerintah. Dus, pernyataan mereka ada dalam koridor relasi antara warga dengan pemerintahnya, antara masyarakat dengan negara.

Batas Agama

Pemerintah, kata Suryadharma, telah menetapkan enam agama yang sah di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. [Republika, Rabu, 27 Januari 2010].

Pernyataan ini sangat bermasalah, karena: pertama, tidak pernah ada keputusan pemerintah terkait pemberlakuan agama resmi. UU PNPS sendiri tidak menyebutkan istilah agama yang sah atau agama yang diakui. Yang ada, Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/1978 tentang petunjuk pengisian kolom agama pada KTP, yang antara lain disebutkan bahwa agama yang diakui pemerintah ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Itupun—seperti diungkap Mahfud MD--punya masalahnya sendiri. Surat Edaran Mendagri seharusnya hanya berisi petunjuk teknis meliputi cara pengisian, bentuk penulisan huruf, kode blangko, penjelasan kolom-kolom, jumlah rangkapan, dan petunjuk tindakan untuk instansi tertentu, maka tidak boleh mengandung kebijakan baru yang bukan wewenang Mendagri. (Mahfud MD, 2009).

Kedua, jika dihubungkan dengan prinsip kebebasan beragama yang sudah seharusnya kita adopsi sebagai negara yang telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR), maka pembatasan jumlah agama ini merupakan masalah serius. Karena, pembatasan agama berarti pembatasan hak memilih agama sesuai hati nuraninya. Padahal, jutaan orang di negeri ini merasa tak satupun dari enam agama itu sesuai dengan hati nuraninya.

Ketiga, pembatasan jumlah agama ini melawan fitrah agama, sekaligus fitrah negara dalam sistem demokrasi.

Menteri Agama mengkhawatirkan lahirnya agama baru jika UU PNPS ini dicabut. Agama adalah sesuatu yang menyejarah, dan sejarah meniscayakan perubahan yang tak pernah berhenti. Apalagi agama secara substansial terkait dengan pikiran dan keyakinan manusia. Tidak ada yang tahu kapan pergerakan pikiran manusia ini akan berhenti dan terhenti. Bagaimana cara membatasi pikiran dan keyakinan manusia? Jadi mengapa harus khawatir dengan lahirnya agama baru? Bukankah semua agama pernah baru?

Di lain pihak, fitrah negara adalah berdiri di atas semua golongan. Negara harus netral agama, netral suku, netral ras. Favoritisme, pengutamaan satu kelompok tertentu di atas kelompok yang lain sudah jelas diskriminatif.

Keempat, pembatasan jumlah agama yang sah/diakui ini melawan realitas yang sudah terlanjur ada dalam negara ini. Adalah fakta yang tak mungkin dibantah bahwa selama ini pembatasan tersebut pada tingkat implementasi kebijakannya berwujud pemaksaan negara terhadap warganya yang bukan penganut enam agama tersebut untuk melakukan hipokrisi dengan mencantumkan identitasnya dalam KTP dengan salah satu dari enam agama tersebut. Adalah kenyataan empirik bahwa ada puluhan juta penganut Sikh, Bahai, Yahudi, penghayat kepercayaan, dan agama-agama lokal yang bahkan sudah ada sebelum enam agama itu ada, yang selama ini menjadi korban pembatasan ini.

Pembatasan ini juga mengingkari fakta bahwa kelompok mayoritas di satu negara, bisa menjadi minoritas di negara lain. Jika semua negara menerapkan kebijakan ini atas dasar jumlah penganut, tentu saja ada jutaan warga muslim yang terdiskriminasi di negara lain.

Batas Kebebasan

Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar juga mengemukakan, permintaan pihak LSM tersebut sama saja dengan menginginkan kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa adanya pembatasan. (Suara Merdeka, 4 Februari). Benarkah demikian? Tidakkah belau berpikir bahwa tidak ada yang disebut dengan kebebasan tanpa batas? Bukankah pernyataan ini justru terlihat sebagai tuduhan membabi buta dengan memosisikan kelompok pemohon judicial review dalam wilayah imajinatif yang bahkan tak terpikirkan oleh mereka?

Saya sangat yakin bahwa Menteri Hukum dan HAM kita tahu betul bahwa kebebasan beragama dapat dibatasi oleh pemerintah, sebagaimana tercantum dalam ICCPR dan UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pembatasan yang mensyaratkan melalui Undang-undang itu dapat dilakukan untuk melindungi ketertiban umum, keselamatan masyarakat, kesehatan masyarakat, moral masyarakat, dan pembatasan untuk melindungi kebebasan mendasar dan kebebasan orang lain.

Saya juga sangat yakin bahwa Pak Menteri tahu bahwa kebebasan beragama adalah kebebasan yang masuk wilayah non-derogable rights. Juga bahwa wilayah pembatasan kebebasan beragama ada pada ekspresi keberagamaannya, bukan pada keyakinannya.

Jika kita keluarkan pembahasan ini dari logika hukum di atas, kita juga akan sampai pada kesimpulan ketidakmungkinan kebebasan tanpa batas itu. Kebebasan yang berbasis individu akan bertabrakan dengan kebebasan individu yang lain. Itulah salah satu batas penting yang berjalan sesuai kodrat alam, meski hukum manusia tidak dibuat sekalipun.

Jadi, marilah kita berpikir ulang tentang batas.[]

Sabtu, 06 Februari 2010

wayang

Selamat datang di Portal Wayang Wikipedia Indonesia
Halaman Utama   Mahabharata   Ramayana
Wayang
Wayang adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
sunting   

Artikel pilihan

Relief Sita diculik.
Kakawin Ramayana adalah kakawin (syair) berisi cerita Ramayana. Ditulis dalam bahasa Jawa Kuna, diduga dibuat di Jawa Tengah pada akhir abad ke-9 Masehi, sekitar tahun 870, kakawin ini disebut-sebut sebagai adikakawin karena dianggap yang pertama, terpanjang, dan terindah gaya bahasanya dari periode Hindu-Jawa. Menurut tradisi Bali sang kawi kakawin ini adalah Yogiswara (menurut Poerbatjaraka semacam gelar keagamaan). Syair dalam bentuk kakawin ini adalah salah satu dari banyak versi India mengenai kisah sang Rama dan Sita, wiracarita agung yang versi awalnya konon digubah oleh Walmiki dalam bahasa Sanskerta. Beberapa peneliti mengungkapkan, bahwa Kakawin Ramayana ini merupakan transformasi dari Rawanawada Bhattikawya.
sunting   

Gambar pilihan

Wayang

Kamis, 04 Februari 2010

usada dalem/ husada alami sejati

Usada Dalem

[1b]   Ya Tuhan Semoga terhindar dari segala rintangan. Tanda- tanda kematian pada orang yang akan meninggal, ini Wariga Dalem , (bersumber) dari pengetahuan sejati, tersebut sejak semula dalam tubuh manusia terdapat kandungan alam semesta, sebab sumber penyakit senantiasa melekat, setelah Sanghyang Atma meninggalkan badan baru dia akan pergi. Dan lagi jika sudah merasakan dan memahami tanda-tanda (tentang) penyakit , itu hendaknya diketahui oleh manusia. Ini di antaranya ilmu tentang pengobatan. Inilah tanda-tanda tentang penyakit, di antaranya, jika nafas hampir meninggalkan raga, upas tahunan menyakiti, sarana, buah jeruk, gula, isinrong (rempah-rempah), dilumat, airnya diminum. Jika kukunya (tampak) kuning, krikan gangsa , (sumber) penyakitnya, sarana,
[2a]   air kencing bebek, kunyit warangan , di minum. Jika matanya kuning kemerah-merahan, upas dewek yang menyakiti, sarana, kulit mangga hijau, asam yang direbus, air bayam puring , diminum. Jika mata kukunya tampak kemerahan, upas Hyang yang menyakiti, sarana, akar paku nasi, adas, bawang yang dipanggang, diminum. Mata merah, seakan hendak keluar, senantiasa gelisah, pelipis mata bagai ditusuk, kuku (tampak) biru, racun yang menyebabkan, hendaknya diobati. Gigi goyah dan gatal, itu terkena racun warangan , dikumur dengan air hangat, menggigil kedinginan, dan batuk
[2b]   yang terus menerus, terkena raratus (campuran racun), sarana, daun kembang sepatu putih termasuk akar, daun dan kulitnya, diminum, dimantrai dengan mantra penawar, borehnya daun ketepeng, ditetesi boreh dahuti , kasisat putih, sari kuning, klembak, kasturi , teteskan, jika pergelangan tangannya terasa gemetar, itu terkena cetik (racun), teteskan, hendaknya diobati. Jika terkena cetik (racun) upasmat , sarana, cendana digosokkan pada dulang, tahi nylati (sari-sari tanah), kulit pohon bengkel , kulit pohon kendal , semua dipanggang tanpa dibalik, dilumatkan, air saringan airnya, diminum, mantra , ong hayu gumi, kewu hana janma manusa,(Ya dunia sejahtera, ada manusia, ada sinar dunia, ada sinar manusia, Bhatara ada manusia, mencari kesaktian, mantraku ampuh dan berhasil)
[3a]   teja bhumi hana teja manusa, bhatara hana manusa, amlaku kasakten, makasiddha siddhi mandi mantranku , Sakit melilit di dalam perut seperti lembam, itu terkena upas (racun), cepat diobati, jika masih melilit, sakitnya, itu terkena upas banten , sarana, buah pepaya muda dipanggang, arang dapur, ditutupi dengan asap dari dedak padi terhadap orang yang terkena sakit, upas kbo ingel yang menyakiti, tiada dapat berkata senantiasa diam, sarana, minyak arungan , sebiji bawang putih, padang lepas, mantra, ong bengkek (Ya cebol). Obat, terkena racun, sarana, daun -
[3b]   dadap, daun kemiri yang masih muda, buah tingkih , bawang, temu tis , diborehi. Lagi , sarana daun muda dadap tis (yang tidak berduri), santan, ketan gajih , adas, mantra, ong ctik tiwang galuga atal putih, ctik tiwang sawari putih, mantra saliwah putih, (Ya racun tiwang galuga, racun tiwang sawari putih, mantra saliwah putih), diminum. Cetik tiwang saliwah putih , mantranya seperti tersebut di atas. Lagi, sarana, kulit pohon pule , santan, ginten , sari , bawang putih dan jangu (jerangau), dilumatkan perasannya diminum, mantra, ong ctik tiwang galuga, ctik tiwang macan punah, ctik tiwang kbo putih punah, ctik bhuta ya punah, gseng sira gseng , campa tebah cabar (Ya racun tiwang galuga, racun tiwang macan punah, racun tiwang kebo putih punah, cetik Bhuta juga punah, bakar ia bakar, agar tidak berguna lagi). Obat, terkena upas Sanghyang, sarana, paya puwuh (peria yang buahnya kecil-kecil), kelapa, kunyit-
[4a]   warnanya kemerahan, adas, di lumat kemudian diminum, mantra, ong awuning karuyu kahla, amademi wong, wruh aku ring kamulanmu tka tawar, 3 x, awuning upas sanghyang, amademi wong, wruh aku ring kamulanku, tka tawar, 3x, siddhi mantranku (Ya abunya karuyu ditelan, mematikan manusia, aku tahu dari asalmu datang, jadilah tawar,3x, abunya racun Sanghyang, mematikan manusia, aku tahu dari asalku, jadilah tawar,3x, demikian pula abu racun kebo gule, kebo dungkul kule, ampuhlah mantraku). Obat, terkena racun, sarana, daun terung kuanji , air beras, bawang, pulasari, perasannya diminum. Lagi, sarana, lublub tingkih (kerikan pada tangkai pohon kemiri), air gosokan cendana, santan kane (parutan kelapa tanpa diisi air / santan kental), isinrong (rempah-rempah), majakane (sejenis buah maja), diminum. Lagi, sarana, akar pohon dadap, daun sembung, buah kelapa muda, diborehkan pada keseluruhan badan, gagambi-
[4b]   ran (rempah), perasannya diminum. Racun / upas rambat yang mematikan, panas menggelisahkan, sarana, tebu, air buah pinang, bakung, bawang putih , perasannya diminum. Obat, keluar nanah dan darah di berbagai tempat pada badan, sarana, inan kunyit warangan (kunyit yang sudah tua), kencur, lempuyang, lengkuas, daun jeruk yang disangrai , perasannya diminum, di campurkan sari lungid , jika hendak dimakan, kulit pohon cempaka dipanggang, dimantrai dengan mantra tuju (rematik). Obat, keluar nanah di berbagai tempat pada badan, sarana, daun tuju musna , sembung , lengkuas, sari lungid , santan, diminum. Obat keluar darah dari vagina, sarana, gamongan kedis (lempuyang yang umbinya kecil-kecil), air susu ibu, temu tis , labu pahit, air cuka, diminum. Obat, mengeluarkan darah
[5a]   kotor, sarana, jeruk purut, diminumkan. Obat, anak yang mengeluarkan darah, sarana, toktokan nyuh sari (kulit akar kelapa hijau), pulasari, diminum. Obat, mengeluarkan darah, sarana, lunak tanek (asam rebusan), palit uyah (garam yang mengkristal), santan kane (perasan kelapa diparut tanpa air/ santan kental), gula, diminum. Obat, pendarahan, sarana, isinrong (rempah), kapur, madu, kayu manis, kulit pohon asoka, perasannya diminum. Obat, pendarahan, sarana, merica, daun uyah-uyah, pule , asam tahun (asam yang diawetkan), bawang, adas, perasannya diminum. Lagi, sarana, pangkal daun andong yang berwarna keputihan, adas, diminumkan. Lagi, sarana, jika banyak mengeluarkan darah dan tidak putus-putusnya, maka sarananya, jantung buah pisang warangan (yang kemerahan) seibujari pan -
[5b]   jangnya, dirajah, jika dipetik, kemudian dimakan, sembuh karenanya. Obat, mengeluarkan darah segar dan sejenisnya, sarana, daun pulet , akar sidaguri , sarilungid , majakane , majakeling , tanjung raab , arang dapur, perasannya diminum. Obat, tuju raja bengang, keluar nanah dan darah di mana-mana, sarana, kulit pohon jambu kalampwak putih, lengkuas, cendana, sari kembang sepatu, majakane , diminum. Lagi, sarana, kulit pohon karesek , kulit pohon kalepu , sembung benda , semua diremas isinya, ginten , dikunyah, perasannya diminum. Obat, pendarahan kritis, dan rasa, sarana, akar kelapa merah ( nyuh udang), pohon jarak merah, merica, 9, butir, sari padi, ketum-
[6a]   bar, beras merah, diaduk (dicampur). Lagi, sarana, daun antawas , ginten , dresan, sari padi, diborehkan. Obat, anyang-anyangan (sebentar-sebentar kencing), sarana, daun uyah-uyah , 21 lembar, daun bayam luhur , 21 lembar, daun kaliki , dipanggang, daun pule , 21 lembar, perasannya diminum. Lagi, sarana, lengkuas kapur, kemiri, rempah-rempah ( isinrong ), diminum, ampasnya dilulurkan, sembuh akibatnya. Obat, beser (kencing tanpa mengenal waktu : mimpi basah), sarana, kambo-kambo , kunyit, dilulurkan pada sekitar bawah pusar. Lagi, sarana, kunyit, madu, takarannya sama, diminum, dilulurkan juga dapat. Lagi, sarana, lempuyang, 7, iris, merica, 7, butir
[6b]   uku-uku (lampes , ruku-ruku ) , air hangat, diminum. Obat, karangan, sarana, daun kelapa, daun unhusilit , sampai pada daunnya, daun raja tangi , limau bali , airnya , diminum. Obat , badan kurus, mengeluarkan darah, sarana, kulit pohon dadap tis , dan kerikannya, merica, 1, air aron-aron (air kukusan nasi), diminum. Obat, kurus kepala pusing, sarana, panggaga , tebu, katimaya, tain we (kotoran yang mengendap di dasar sungai berwarna kuning), air, mantra, ong kita upas baruwang, ki ingunduraken, dening katimaya, apan panangkanta saking nusa kling, undur ta salutapa lunga sanutangin (Ya engkau racun baruwang, Ki mengundurkannya, oleh katinaya, karena asalmu dari Nusa Kling, mundurlah Salutapa, pergi mengikuti angin). Diminum. Obat, kurus lesu, sarana, cabang kayu jok , direndam, dengan
[7a]   air lengkuas, diminum. Obat tuju bok dan bengang , sarana, lampeni putih, lengkap dengan kulit dan akarnya, kelapa di bakar, bawang di peps, adas, mantra, ong bolaning wong, bol mengkem, naneh mnong, pramana mantram, 3x (Ya duburnya manusia, dubur sembunyi, dan diam, mantra pramana,3x). Obat berak nanah, kulit pohon tui bang, ligundi, kusambi, ampo, air hangat, diminum. Obat mencret, sarana, rendaman injin (ketan hitam), adas, diminum. Lagi, sarana, kulit pohon tui bang , sari gula, dipanggang jangan dibalik, minum. Obat, loyo, sarana, pucuk simbukan, bangle , 3, irisan, ginten hitam, diminum, Obat, mien (dysentery), sarana, gu-
[7b]   -la, kelapa, segenggam beras, dimakan, lagi, sarana, yeh bayu (air saringan) , diminum, mantra, ong barah mintar, banu mintar, banu saking sagara, tka sirep banu agung, siddhi mantranku (Ya barah pergi, air pergi, air dari laut, datang tidurlah air besar, ampuh mantraku). Obat, mengeluarkan darah dan nanah, sarana, akar gantung pohon beringin, tebu hitam, santan , gula, diminum, mantra, ong pjen angamuk sakwehing lara ring jro wtong, padha ngamuk puput dening hyang taya, wars, 3x (Ya sembelit mengamuk segala sakit di dalam perut, pada mengamuk diselesaikan oleh Hyang Taya, sembuh,3x). Obat mencret mengeluarkan darah dan nanah, lama tidak sembuh, sarana, kulit buah delima, cincang seperti samsam , disangrai hingga matang, setelah disangrai sampai matang, dicampur dan diaduk-aduk, dengan air hangat, kemudian lulurkan
[8a]   sampai pada pinggang. Obat batuk muntah darah, sarana, daun susukup , daun tapakliman , perasannya di minum. Obat batuk kronis ,bercampur darah dan nanah, sarana, akar pohon kendal, daun kasiden (pohon sampat-sampat), daun pohon waru, gula, ginten , kulabet, temu , asam yang baru dikelupas, airnya diminum. Obat bengkak di mana-mana, bungah mambahang , mokan leplep , namanya, sarana, kulit pohon juwet, kulit pohon kusambi, sarin tanah, dicampur dan dilumatkan, dilulurkan. Obat, bengkak dalam perut, suara keluar serak, sarana, lengkuas, kapur, kulit pohon buu , beras merah, 21, butir, duri wrak , dilulurkan.
[8b]   Obat, bengkak ( mokan leplep ), sarana, pohon juwet lengkap dengan akan dan kulitnya, kalepu lengkap dengan akar dan kulitnya, kayu sangka , kunyit warangan , lengkuas kapur, sari podi, dilulurkan pada pinggang, ketumbar, kemiri, bawang merah bawang putih dan jerangan, kulit pohon kusambi, dipanggang jangan dibalik, dilulurkan. Obat , mokan ring jro, mokan nanu , namanya, sarana, akar ptingan , akar atas pohon beringin, uyah-uyah bercabang, daun tuju musna , perasannya diminum. Obat, mokan beseh mangrekurek , mokan kakipi , namanya, sarana, temu tis yang sudah tua, ketumbar, tanjung raab , sarana, bawang merah bawang putih dan jerangan / trikatuka , sari podi , diminum, disemburkan
[9a]   Obat, bengkak dalam perut, batuk-batuk, keluar nanah, sarana, kunyit warangan , duri jeruk nipis, sebagai obat, diminum. Obat, bengkak dalam perut, keluar nanah, sarana kunyit warangan , kulit pohon pule , kayu batu, maswi, tumukus , 3, ketumbar, minyak kelapa, diminum, disemburkan dengan daun kemiri muda, cendana, pohon kembang sepatu, maswi , kemiri. Obat, segala jenis bengkak, keluar darah dari mulut, hidung, mata, penis, vagina, dubur, sarana, daun kesuna (dasun ), cendana, tanah pada bekas tebangan kayu, ampo kulabet , gula, ginten hitam, santan,
[9b]   pohon kembang sepatu, perasannya diminum. Obat, perut, sakitnya bengkak di dalam, sarana, kapkap , ati lempuyang, lengkuas kapur, merica, beras yang utuh, disemburkan. Obat panas dingin (demam), sarana, lempuyang, minyak kelapa, dilumatkan kemudian dilulurkan. Lagi, sarana, jebuggarum , rendaman air ketan gajih , dilulurkan. Obat, badan panas, sarana, buah sirih, beras merah, dilulurkan. Obat, panas biasa, sarana, kelapa, adas, jeruk nipis, dilumatkan. Obat, demam, sarana, lengkuas, kemiri, bawang, adas, dilumatkan, diperas, panggang hasil pelumatannya.
[10a]   Obat, tidak mengeluarkan keringat, sarana, daun pohon pule , bawang merah bawang putih dan jerangan, santan kental, panggang, dilumatkan. Panas gelisah, sarana, papasan , padang lepas, asam rebusan, adas, panggang kemudian dilulurkan. Obat, gelisah kebingungan, seperti kepanasan, sarana, pule , bawang, adas, air jeruk nipis, diminum. Obat jampi agung (sariawan panas dalam), sakitnya membengkak atau kaku, pada perut terasa kaku, pada hulu hati terasa perih, dan nek, batuk tiada henti dan kering, sarana, akar kutat kedis , akar kelapa hijau yang masih muda, dikerik, dicampur dengan garam, bawang yang dipepes, kulit kerbau dicuci dan
[10b]   dibersihkan, dipanggang, diminum. Disemburkan pada perut, dan hulu hati, sarana, kulit pohon pule , kelapa yang dipanggang, temu tis , ketumbar, babolong . Obat, perut bengkak, dan kemerahan, sarana daun kemenir, semanggi gunung, kulit pohon pule , air ketan gajih , diminum. Obat, penyakit perut, sarana, gosokan air cendana, kemiri, bawang yang dipepes / panggang, diminum. Lagi, sarana, jebuggarum , cendana, ketan gajih , perasannya diminum. Obat, arak secukupnya, madu secukupnya, cuka secukupnya, dibiarkan sehari, yang sakit perut, sembuh karenanya. Obat, pemali (karena melanggar pantangan), sakit me-
[11a]   -lilit, pada perut, pada hati, tubuh seperti ditusuk, tiada kuasa menahannya, sarana, gosokan air cendana, kemiri, bawang yang di bakar, minum. Lagi, sarana, jebuggarum, trikatuka , dihaturkan pada telapak kaki (sandi) pada lumbung, menghadap ke timur laut, semburkan pada tempat sakit dengan merata. Lagi, sarana, daun kasiden, daun dadap yang sudah jatuh ke tanah, lengkuas, kunyit, kemiri, rempah-rempah lengkap ( isinrong jangkep), semburkan pada tempat yang sakit. Lagi, sarana, daun dadap yang sudah jatuh ke tanah, lempuyang, kunyit, kemiri, bawang, semburkan. Jika menusuk pada bagian punggung, dan pada dada, dan jika bernafas terasa sakit, lagi melilit, tiwang pamali pepasangan , namanya, sarana, kulit pohon pule , temu tis ,
[11b]   kemiri, kelapa di panggang, semburkan dan lulurkan. Jika masih terasa sakit, tiwang pamali kna moro, namanya, sarana, beras, cabai yang dipanggang, kesuna jangu, semburkan. Obat, pjen , sarana, cabang dadap yang muda, daun kembang sepatu putih, bawang yang di bakar, air beras, diminumkan. Obat, sarana, akar atas ( bangsing ) pohon beringin, daun siddhaguri , bawang, perasannya diminum. Obat, sakit pjen , daun sanggalangit , adas, minum. Lagi, sarana, daun ketepeng, adas. Obat, mencret darah, sarana, daun kapas segenggam, isi lengkuas yang paling tengah (ati), ati kencur, sepet-sepet .
[12a]   Obat, lulur segala penyakit tuju, sarana, daun kecubung kasyan, daun cempaka kuning, bangle , trikatuka , digerus. Obat, penyucian (panglukatan) terkena guna-guna, kulit pohon kasturi, tulang badak, cendana jenggi, air pada kayu berlubang (we tuli), rempah-rempah (isinrong), digerus sampai halus, cara membuatnya, tengah malam ditambahkan air, diteteskan pada hidung, dan diborehkan. Obat, darah keluar pada hidung, terus menerus, sarana, daun wadhara gunung, sari-sari kepiting berwarna kuning, air jeruk nipis, perasannya diminumkan. Obat, tuju mengeluarkan nanah (darah putih), dari vagina, penis, sarana, daun apa-apa, temu , ginten , sari lungid, perasannya di-
[12b]   -minum, yang satu diborehkan, bagian sarinya tidak diikutkan, di panggang terlebih dahulu. Obat, sakit perut, dan panas, sembung, pule , kelapa, semua di bakar, sari, pulasari, adas, telur ayam baru menetas, kuningnya telur, mantra, ong barah jampi, budeng kalingsih, tetemudan, yan barah jampi, budeng kalingsih antega guruning sabda, pupug punah, talu warsa (Ya barah jampi, budeng kalinggih, tetemudan, jika barah jampi, budeng kalingsih berguru pada suara, hancurkan dan punah). Obat bengkak yang sudah keluar sumber sakitnya (nanah, darah dll), sarana, kulit pohon kusambi, cendana, gula, santan, diminum. Obat, bengkak, sarana, daun simbukan, air hangat, lengkuas, kelapa, ginten ,
[13a]   sari, lungid (sari-sari kembang sepatu), semburkan, mantra, embah api embah , biyas, les kuliwes mampet, 3x (mengalir api mengalir, pasir tumpah tersumbat,3x). Obat sakit kencing tiada henti, sarana, daun nagasari, garam dapur, digerus, minum. Obat mengeluarkan darah, pada bagian tubuh, tuju buh putra, namanya, sarana, buah belimbing buluh lengkap dengan akar kulit dan daunnya, daun pohon manguhut, air kelapa muda (bungkak) kelapa hijau (mulung), campurannya, rempah-rempah, diminum. Obat ditusuk-tusuk, sarana, lengkuas, cendana, dikikir, bawang, beras putih, semburkan. Obat, akar pisang sabha, asam, santan kental, terasi merah, mantra, ong kaki komara siddhi, anjaluk tatamba macek angeres amu- (Ya Kaki Komara Sidhi, memohon obat kesedihan dan penderitaan, Kaki Komara Gana, mengobati semua penyakit, sembuh)
[13b]   les larati, buyanati, kaki komara gana, anamba dana lara waras. Lagi, sarana, daun lirang yang masih muda, air kunyit, kemiri jentung , cendana, semburkan. Obat, menusuk-tusuk pada punggung dan dada, sarana, temu tis , daun bawang, glam, semburkan. Obat, daging dan otot kaku, sarana, ndungu , adas, semburkan. Obat, gila suka makan, sarana, daun paiduh, sulasih hitam, mantra, ong, arah sipini, sarwwa, graha wini swaha (Ya arah sipini, segala yang diterima dapat menyembuhkan). Obat, gila suka makan siang malam, tiada pernah kenyang, sarana, jeruk nipis, dirajah sangka n paran, ditutuhkan. Obat, gila menari, sarana, daun mya -
[14a]   na hitam, sulasih, kundang kasih, ditutuhkan, sebanyak, 7, sembuh karenanya. Obat, gila berkidung, dan berkekawin lama-lama, menyebut nama dewa, sarana, wong / jamur warangas, tutuhkan. Obat, gila menyebut nama dewa, sarana, kelapa muda, adas, tutuhkan, diminumkan juga boleh. Obat, gila bertingkah laku, menangis siang malam, sarana, daun kelapa muda hijau, minumkan, ditutuhkan juga boleh. Obat, gila, sarana, lengkuas, kotoran kerbau hitam, lempuyang, ambil airnya, rajah tunggang mnong , mantra, ong bhatari durgga ingsun anjaluk atamba edan, sapatakang anglarani iku pun anu, pukulun aja walanghati, apan iku wa- (Ya Dewi Durga hamba mohon obat sakit gila, siapa yang menyakiti itu akan terbakar, paduka jangan ragu-ragu, karena itu pemberitahuan yang ampuh seperkataanku)
[14b]   -ra siddhi saujarku , tutuhkan. Obat, gila suka berkeliaran, sarana, sasawi, kamarunggi, trikatuka , mantra, ong asta asta hala-hala, arwgangna widi swaha, aha astu (Ya asta-asta dan segala penyakit, kumohon pada Tuhan untuk penyembuhan). Obat, gila suka bercanda (tertawa), sarana, kasturi, biji kamarunggi , liligundi, daun intaran, trikatuka , mantra, ong ena enala nama swaha, puhakna (Ya ena-enala, hancurkanlah). Obat, gila, lupa diri buang air dan kencing, diborehkan, sarana, sulasih, myana hitam, papare, mamah, tutuhkan. Obat, gila yang sudah lama, sarana, sigugu hitam, kumring wruk, didiamkan semalam, besok ditutuhkan.
[15a]   Obat, gila sering tidur, sarana, tuak warahan, tutuhkan. Obat, gila, ada tanda tertentu pada tubuhnya, sarana, sasawi, kamarunggi, adas, trikatuka , mantra, ong astu hala-hala, sarwwa graha widi swaha (Ya selamatlah dari segala penyakit, segala yang diterima dapat menyembuhkan). Obat, gila suka bercanda, sarana, biji kamarunggi, liligundi, daun intaran, trikatuka , mantra, ong age-age ati-ati, sarwwa yuwadi bhasa swaha (Ya anjing tanah berpikir, segala yang muda dan lain-lain) . Obat, gila, suka menyanyi, sarana, kajanti, daringon (simbukan), bawang merah, merica, bangle , lempuyang, jahe, temu hitam, rempah-rempah (isinrong), air yang berasal dari lubang pohon (we tuli), tutuhkan, mantrakan. Obat, gila, sarana, lempuyang, daringon (simbukan), bawang merah, tutuhkan, mantra, ong sang bhaga pu (Ya Sang Bhagapurusa, beliau yang menyakiti Bhagapurusa, aku tahu asalmu dahulu, sebagai kanan Sanghyang Raditya, kiri Sanghyang Ratih, byar terang-benderang,3x)
[15b]   rusa, sira sanganglarani bhaga purusa, sira amaras, wruh aku mulanta nguni, makatngen sanghyang raditya, maka kiwa sanghyang ratih, kadi pangadangane sanghyang raditya, mangcana padang mataning hulun, byang cliring, 3x. Demikian mantranya, rajahkan pada lengkuas seperti ini, vagina bersama dengan penis. Obat, gila, bercampur penyakit ayan (sawan), sarana, bunga kalelengan, ambil jangan diremas, tutuhkan, sembuh karenanya. Obat, gila, kencing, sarana, daun widuri, ggaritan, dilumatkan semua, airnya diminum, tutuhkan, dan lulurkan setiap saat. Obat, gila, tanpa busana, sarana, daun.
[16a]   sasawi, 3 lembar, daun kamarunggi, kamaligi yang kuncup, tutuhkan. Obat, gila, perut kadang-kadang bengkak, sarana, akar liligundi, bratawali, mantra, atutur ya namah swaha (bercerita ya keselamatan), tutuhkan. Obat, gila, suka tidur, sarana, daun sirih yang uratnya sama-sama ketemu, 7 lembar, rajah sangkan paran , minum, tutuhkan. Obat, gila senantiasa menangis siang malam, sarana, kelapa muda hijau, kameri laki dan muda, adas, minum, boleh juga ditutuhkan, sembuh karenanya. Obat, gila, pada tubuhnya terdapat tanda tertentu, sarana, daun sirih yang uratnya sama-sama ketemu, rajahkan wajah si sakit, sangga langit (mega mendung), dilumatkan, tutuhkan, sembuh karenanya. Obat, gila, menyebut nama orang, sarana, santan
[16b]   kelapa hijau, santan kemiri, adas, tutuhkan. Obat gila menahun (lama), sarana, lempuyang, dirajah tunggang mnong, dukut sewu, ambil airnya, mantra, ong bhatari durgga ingsun anjaluk tamba edan same ta kanglaran iku pun anu, ah walanghati apan iku waras siddha saujarku (Ya Dewi Durga hamba mohon obat sakit gila bersama yang menyakitinya, ah tenang karena itu akan sembuh  seperti perkataanku). Obat, gila, sarana, empedu babi, belerang, digosokkan pada tembaga, tutuhkan. Lagi, sarana, garam, asam, mantra, sanghyang kala dora kala, apan aku kala (Sanghyang Kala dora Kala, karena aku Kala), dilulurkan. Obat, gila, sarana, daun jenggi , 7 lembar, bawang merah, airnya air kencing anak kecil, tutuhkan. Lagi, tutuhkan-
[17a]   pada si sakit gila, sarana, daun myana hitam, kesuna (dasun) sebiji, daringon (simbukan), semua dirajah bajra moksala , sesudah dirajah, digerus semua, mantra, ong kaki citra gotra, kaki panarikan, ingsun anjaluk supuhana si anu, hana si pupuh edan branta napnap, us, myana cmeng, bawang ptak tunggal, daringon, paleburana rare, dasamalane siyanu, trimaya, kaki tungtung bhuwana, wastu hilang, ong ong nama swaha (Ya kaki Citra Gotra dan Penyarikan, hamba mohon kesembuhannya si anu, sakit gila dengan ciri tidak pernah tenang, sembuhkanlah sakitnya si anu). Setelah dimantrai, ditutuhkan pada hidung si sakit. Obat, sakit telinga, sarana, daun sigugu, lengkuas (kapur), air bersih, ditutuhkan pada telinganya. Lagi, sarana, daun sulasih, burat manis, garam
[17b]   sedikit, berikut air bersih, teteskan di telinga. Ada lagi ramuan daun bayam luhur dan adas dipakai obat tetes telinga. Atau daun kamarunggi , kunyit, garam, minyak kelapa, setelah dimasak dipakai obat tetes telinga. Untuk ketulian yang parah, gunakan trikatuka , dipipis, ditetesi minyak kelapa, digoreng pakai kerang, kemudian teteskan ke telinga. Untuk tuli yang memproduksi cairan busuk (curek), ambil daun sirih lanang, panggang sampai setengah lunak, kemudian peras untuk menetesi telinga. Kalau mata meradang, berikan darah badak dan empedu kijang, teteskan di mata. Untuk mata gatal, berikan kulit kepundung putih berikut daunnya, garam, asam, teteskan di mata. Obat mata belok
[18a]   bertahi, pakai jeruk purut dipanggang, berikut empedu dari ayam berbulu merah, teteskan. Untuk mata dengan bercak-bercak putih pada bagian hitamnya, berikan temu kunyit yang diberi rajahan bulan matahari kemudian digerus. Untuk mata yang rabun karena kena tuju rambat , berikan daun kayu dleg, sulanjana, adas , air susu ibu, air dari lubang pohon, kemudian bacakan mantra: ong aja kola nata kola (Ya, jangan hamba tunduk). Untuk mata yang kena tuju , teteskan tiap malam sebelum tidur. Obat untuk mata terbelalak ialah kemiri jentung, asam, air susu ibu, garam butiran, untuk menetesi mata. Untuk mata katarak gunakan buah pti , buah pinang yang muda, dilayukan dalam abu panas, airnya teteskan di mata. Untuk mata katarak karena kena rematik, pakai buah samanjahi , yang muda,
[18b]   berikut kulitnya, daun alang-alang muda, pulasari bali, digerus. Untuk mata yang selalu kantuk, berikan merica, rumput teki, bawang lanang, oleskan pada alis. Pupukkan dari sebelah kanan, pergunakan daun turi, garam, minyak wijen, oleskan. Untuk bisul, gunakan kapokopokan berbulu, air jeruk nipis, trikatuka , minumkan. Untuk kesemutan, berikan kulit pohon kepah, garam butiran, urutkan pada bagian yang sakit. Untuk cedera otot, terkilir, berikan lalari, pelepah dan daun pisang Saba yang sudah kering, daun jarak yang kering, dibakar kemudian digerus dan bubuhkan trikatuka , untuk dibedakkan. Kalau tidak dapat berkeringat, gunakan ramuan dari daun pule, bangle dan trikatuka untuk digosokkan, asalkan di masak dahulu.
[19a]   Obat pusing, berikan kemiri jentung, potong sambil bermantra: sapagelo, yen meh rene patambaning anglempuyeng, den waras (siapa yang gila, jika demikian berikan obat sakit kepala agar sembuh), ucapkan 3 kali, dipupukkan di dahi. Demikian pula ramuan jahe, dirajah seperti ini,______ , daringo, gamongan , dengan mengucap: ong kayalaka kapaluh kaya la ring sma, tanangelu, tendase si anu, siddhi mandi mantranku (Ya, kayalaka singkirkan penyakit itu ke kuburan, agar tidak ada keluhan di kepalanya si anu, ampuhlah mantraku). Dapat juga ramuan gamongan , bawang merah, 3 biji, selembar daun katang-katang , dipipis kemudian pupukkan di dahi sambil membaca mantra, reng lere lengka nakaning socca, lahli waras . Ada lagi, daun ramuan pare ambulungan , bawang merah, temu , kemiri, adas, dipupukkan di dahi. Untuk obat amengka , ramuan daun
[19b]   dadap tis , daun sidaguri , kelapa muda hijau, sesudah di masak, dicampur dengan, sari, lungid, kulit kerbau yang dipanggang, dicampur sebagai obat, diminum. Obat, bengkak, sarana, daun simbukan, sulasih, bangle , buah jeug , digerus sampai halus, dilulurkan pada perut. Obat, bengkak, tidak dapat berak dan kencing, sarana, air lunak rebusan, belerang, air kunyit, santan, minum. Obat, sakit pada badan, daun kayu puring, digosok, dengan air hangat, sebagai airnya, dilulurkan. Obat, lupa, sarana, pulasari, kencur, beras yang dipanggang, digerus lalu dilulurkan. Obat, perut bengkak, sarana, daun timaha, cekweh, genten,
[20a]   dicampur semua, dilumatkan, minum dan lulurkan pada perut. Ini obat tiwang brahma, sarana, daun kelapa muda yang dicincang, trikatuka , sedikit beras, jika sakitnya kaku, matanya mendelik, tiwang bangke, namanya, sarana, kapkap, trikatuka , semburkan. Lagi jika genggaman tangan dan kakinya, tiwang gurittha, namanya, sarana, daun meduri yang kuning, trikatuka , dilulurkan. Jika muntah-muntah, tiwang balabur, namanya, sarana, kapkap yang kuning, 7 lembar, daun jeruk nipis yang sudah jatuh, 7 lembar, trikatuka , mantra, ong ki tiwang balabur, tumbeng baher mantranku (Ya, Ki Tiwang Balabur, tumbanglah oleh keampuhan mantraku), diminum. Ini tumbal tiwang, sarana, batun kapas (batu kapas)campur dengan daun awar -
[20b]   awar, tanam di depan pintu orang yang sakit, mantra, jambe urung, urung tunggal, wurung kabeh, urung pande pti upang aji, pangumik, pangalah, panawang, pangalah tan pasasaput, tan pasasabuk (jambe urung dan urung tunggal, semuanya batal, semua kalah tanpa selimut, dan tanpa sabuk). Dilanjutkan dengan mantra pada waktu menanam, mantra, nini tangar, kaki tangar, kaki kmitana nghulun, da mambahang leyake mai, 3x (Kaki dan Nini Tangar, jagalah hamba, jangan memberi jalan desti itu kemari, 3x). Obat , tiwang babahi, dan tiwang gombeng, sarana cabai yang dipanggang, trikatuka, beras merah, digerus kemudian dilulurkan. Lagi, sarana, kunyit, trikatuka, apuh bubuk (bubuk pamor), digerus dilulurkan. Obat, tiwang ayan diselingi bangun dan tidur, dan mendelik, tiwang tojos, namanya, sarana, daun kampinis, bawang merah, sampai ke akarnya, tutuh hi-
[21a]   -dungnya, diminumkan, sarana, daun intaran, kulit pohon kamanduh, air cuka yang sudah lama, arak, abang kakawa (sarang labah-labah) yang ada di tembok, dimantrai dengan menggunakan mantra tiwang. Jika bangun tidur, tiwang utara, namanya, obat, sarana, serbuk kayu dipan yang dimakan rayap, ati / inti lempuyang, trikatuka , lulurkan pada dadanya. Jika sakitnya pada pusar, tiwang kenul, namanya, obat, sarana, merica, 1, butir, daun samanjai, trikatuka, tempelkan pada pusarnya. Tiwang atau sakit yang datangnya tengah malam, melilit-lilit, tiwang mong, namanya, sarana, kulit pohon bila, kulit buahnya juga dapat dipakai, atap dari daun kelapa yang sudah tua, semua dibakar, trikatuka, dilumatkan, air indubang (ludah merah), diborehkan. Ratu manja-
[21b]   -ya yang sumber penyakitnya (tiwang), menggigil tubuhnya tetapi tidak seperti orang sakit, tiwang linuh, namanya, obat, sarana, umbi paspasan, umbi kasa, batu kambing yang ada di parit, samparwantu, merica, ketumbar, dilumatkan, mantra, idhep wuku aturu, mulih ring dagingku sidhem ya namah swaha (pikiran wuku tidur, kembalilah pada dagingku). Jika panas tubuhnya tetapi tidak sakit dan menggigil, tiwang angin, namanya, obat, segala kayu yang terdapat sarang labah-labah, kulitnya di toktok atau iris, sampah daun yang sudah kering dan menyangkut pada sarang labah-labah, jebuggarum , ginten hitam, dilulurkan, mantra, ah sira, 3x (ah, beliau, 3x), pada
[22a]   nafas tempatnya, mantra, sadpadha angumbang sari sakti, tka lukat rasa ning yeh nyom, 3x, jong (kumbang terbang  menghisap sari kesaktian, datang membersihkan rasanya air dingin, 3x). Jika terasa nek pada hulu hati, dan sesak, tiwang sinduraja , namanya, obat, kerikan batok kelapa, daun tebu, garam yang mengkristal, merica, 7, butir, semburkan, mantra, suksma pada, rasa paddha, ah uh, 3x (gaiblah semua, rasa sama-sama, ah, uh, 3x). Jika sembab atau bengkak dan otot terasa kaku disertai rintihan, tiwang baruwang, namanya, obat, air jeruk nipis, dibuatkan perasannya, mantra, samalahin, ida mayogha hi mahin, tka ngeb, jong, 3x, maraja wanna, kita angakita angaki ngrasa, angakit wisnu, angakit leh, arebi sakti, jong, 3x (samalahin, beliau beryoga, datang dan sembuh, beraja hutan, engkau merakit rasa, Wisnu, leh dan sakti, 3x). Jika perutnya bersuara-suara, tiwang gurittha , namanya, obat, pucuk
[22b]   daun sembung, mban lawang, air jeruk nipis, diminum, pembersihan kotoran (segala penyakit) pada perut, mantra, aja mandilak ikang bwanna ya nama swaha, lukat kawah, lukat atma, jong, 3x, yah (jangan melihat dunia itu, bersihkan kawah, bersihkan manusia, 3x). Berjalan melilit-lilit pada perut, tiwang rakata , namanya, obat, abu dapur (bungan awon), merica, digerus, air cuka, mantra, idpaku puspata wang, mulih kita ring batu macpak, ah uh, mnong, jong (pikiranku bernama manusia, pulanglah engkau ke batu macpak, ah, uh, diam), dilulurkan. Jika kaku terasa menusuk-tusuk, berjalan / berputar, tiwang sinduraja, namanya, obat, jruju trikatuka, mantra, ong atma jilihah, tka keret, jong, 3x (Ya, atma jililah, datang ikat dengan kuat, jong, 3x), urapkan, Obat untuk segala penyakit tuju. Gatal tubuhnya seperti bulenan (pada kulit muncul lingkaran putih dan tebal), terkena raja panulah (kutukan), obat, bangle , cabai-
[23a]   plirut, tampuyak, dedak, mantra, ong jula julita, aja nglaranin, gilahin, tka luwar, 3x (Ya, Jula Julita, jangan menyakiti, pergi dan enyahlah), digerus lalu diborehkan. Mandi dengan air hangat, campurannya daun tingulun, lebur semua sampai bekas-bekasnya, mantra, sari gtih urip, sari atma urip, jong, 3x (sari darah hidup, sari atma hidup, jong, 3x). Jika bernafas sakit ditusuk-tusuk tubuhnya, tiwang ketket, namanya, obat, kulit pohon bangyang, ketumbar, bawang, semburkan. Merintih-rintih (kriyak-kriyok) perutnya, tiwang balabur, namanya, obat, jahe pahit, 3, irisan, semburkan. Sesak nafas, jika ingat, tiwang brare, namanya, kulit pohon kelor, masuwi, lengkuas, 3, irisan, diborehkan. Hulu-
[23b]   hati terasa bengkak, tidak sadarkan diri, tiwang angin, namanya, obat, cabai plirut, bangle , kunyit warangan , semburkan. Jika merah badannya, matanya kuning, tiwang brahma, namanya, obat, sarana, kulit pohon kamboja, jahe, 3, iris, semburkan. Jika tubuhnya panas dan keringatnya bercucuran, perut melilit, sering meminum air, tiwang ghni, namanya, obat, kulit pohon nangka, trikatuka , semburkan. Jika perutnya sembab atau bengkak, hulu hati terasa sesak dan tidak ingatkan diri, tiwang bahi, namanya, sarana, kulit pohon buu, garam disangrai, semburkan. Menusuk-tusuk tubuhnya, tiwang lele, namanya, obat, sarana, kulit -
[24a]   -t pohon tingulun, lengkuas kapur, kunyit, masing-masing , 3 iris, kemudian semburkan. Jika bengkak atau sembab perutnya, hulu hati terasa sesak dan tidak ingatkan diri, tiwang bawi, namanya, obat, sarana, kulit pohon buu, garam yang disangrai, semburkan. Jika berputar / berjalan-jalan dan terasa sesak, tiwang tikus, namanya, obat, sarana, trikatuka , semburkan. Jika berdenyut-denyut tubuhnya, tiwang asu, namanya, obat, sarana, kulit pohon aa, ketan hitam, beras merah, semburkan. Jika terasa gatal tubuhnya, tiwang jawat, namanya, obat, sarana, kulit pohon kenanga, tunas pohon waru, 7, pucuk, semburkan. Panas tubuhnya menggigit-gigit, dan menusuk-tusuk, tuju ghni, namanya, obat, sarana, kulit-
[24b]   -t jeruk, kulit pohon jambu air putih, bawang, semburkan. Jika tubuh panas semuanya, tuju gumi, namanya, obat, sarana, akar kembang sepatu putih, akar ikuh lutung putih, kencur, adas, semburkan. Obat, leher terasa kaku, sarana, akar dausa, akar bekul, akar gangyang, trikatuka , dilulurkan. Obat, pinggang terasa kaku, sarana, kunyit warangan , jebuggarum , dilulurkan. Lagi, sarana, lempuyang, pulasari, dilulurkan. Obat, perut kembung dan panas, jampi wisya penyakitnya, sarana, pancarsona, hati lengkuas, kencur, gula, santan kental, isinrong secukupnya, air temu , diminum, kemudian dilulurkan.
[25a]   jika perut membengkak kaku, obat, sarana, daun kemenir, kerikan abu mamah Pon (Bali : mulut dapur tempat memasak), cabai, bangle , air indubang (ludah merah), mantra, kbelang- kbeling, mamukaling-mamukaling, buh balada, lampah tamba, tka surud, tka, singgah, mandi akal kita, ah, 3x (Kbelang kbeling, manukaling, sakit perut membesar, perjalanan obet hancurkanlah dan sembuhlah, 3x). Obat, Bengkak di dalam perut, ludah terus keluar tiada henti, sarana, temu tis , daun pancarsona, ginten , jika diinginkan yang hangat, perbanyak ginten nya, untuk mendapatkan yang dingin, kurangi ginten nya, diminum. Obat, tubuh terasa panas, sarana, daun dausa kling , air arak, dilulurkan. Lagi, sarana, daun kayu puring, air kunyit,
[25b]   ditambahkan asam, cuka yang sudah lama, dilulurkan. Obat, tubuh terasa panas, sarana, daun sembung, kelapa yang dibakar, digerus sampai halus, lulurkan. Obat panas dingin, sarana, lempuyang, minyak kelapa, digerus lalu dilulurkan. Lagi, sarana, jebuggarum , air ketan gajih , dilulurkan. Obat, tubuh terasa panas, sarana, buah sirih, beras merah, digerus lalu dilulurkan. Obat panas demam, sarana, kelapa, adas, jeruk nipis, dilumatkan. Obat panas dalam, sarana, lempuyang, kemiri, bawang, adas, digerus diperas dan rebus hasil lumatannya. Obat, tidak dapat keluar keringat, sarana, daun pule , trikatuka , santan kental, rebus,
[26a]   dilumatkan. Obat, panas pusing, sarana, paspasan, padang lepas, lunak hasil rebusan, adas, rebus, lulurkan. Obat, bingung, tidak dapat tidur, seperti kepanasan, sarana, pule , bawang, adas, air jeruk nipis, diminum. Obat, panas kebingungan, sarana, kayu tulak , kayu sangka , dausa kling , cendana, air limau, lulurkan. Obat, terasa panas dalam perut, sarana, daun kemenir, paspasan, adas, sari, rebus, lumatkan, juga dapat disemburkan. Obat, panas di dalam perut, sarana, daun sidaguri, dicampur dengan santan, diminum. Lagi, sarana, semanggi gunung, adas, ditambah santan,
[26b]   diminum. Lagi, sarana, tambo kutuh, tombong / mumbang kelapa, dibakar, ketan gajih , bawang dibakar, tutuhkan pada hidungnya. Obat, dingin berkepanjangan tidak kunjung sembuh, sarana, ginten , sebanyak, 5, asam hasil rebusan, terasi merah, garam, cuka yang sudah lama, diminum dengan memakai batok kelapa hitam. Obat, menggigil, tidak mampu untuk makan, sarana, kerikan pohon dadap, pancarsona, tunas pohon pule , ditum dan dikukus, bawang dibakar, airnya rendaman / gosokan beras, diminum. Obat, jampi wangke, sakit yang terdapat pada bibir, pada lidah, sembelit, sarana, daun dadap, daun kendal, kulit pohon turi merah, sulasih yang harum, ditum dan dikukus, campurannya gegambiran muda, adas,
[27a]   pulasari, sari lungid, bawang yang dibakar, diminum. Obat, jampi agung, sakitnya membengkak, pada perut kaku, di hulu hati terasa perih, lagi nek, batuk tiada putus, dan kering, sarana, akar kutat kedis, akar kelapa hijau yang masih muda, dikerik, dicampur dengan garam, bawang yang dipanggang, kulit kerbau, dicuci hingga bersih, perasannya diendapkan, minum. Semburkan pada perut, dan hulu hati, sarana, kulit pohon pule yang tebal, kelapa yang dibakar, temu tis , ketumbar, babolong. Obat, sabaha bengka (panas dalam bengkak) dan kemerahan (warang), sarana, daun kemenir, semanggi gunung, kulit pohon pule , air ketan gajih , isinya semua diremas, minum. Obat,
[27b]   jampi amengka (membengkak), sarana, buah delima, daun simbukan hitam, diremas, airnya arak, diminum. Obat, sakit perut, sarana, air gosokan cendana, kemiri, bawang yang dibakar, di minum. Lagi, sarana, jebuggarum, cendana, ketan gajih , perasannya diminum. Obat, arak secukupnya, madu secukupnya, cuka secukupnya, diminum setiap hari, orang yang sakit perut sembuh karenanya. Obat, pamali, sakit melilit, pada perut, pada hati, tubuh seperti ditusuk-tusuk tiada tahan, sarana, air gosokan cendana, kemiri, bawang yang dipanggang, diminum. Lagi, sarana, jebuggarum , trikatuka, dihaturkan pada (sendi) atau telapak kaki -
[28a]   lumbung, menghadap ke timur laut, sembur (usir) penyakit olehnya. Lagi, daun kasiden, jatuhan daun dadap, lengkuas, kunyit, kemiri, bawang, rempah-rempah lengkap (isinrong genap), semburkan pada tempat si sakit. Lagi, jatuhan daun dadap, lempuyang, kunyit, kemiri, bawang, semburkan. Jika sesak hatinya pada bagian atas, budeng ta temu tersebut , obat, sarana, air temu , merica, 21, butir, peras. Jika masih terasa sakit, perasan Bangli, ginten , minum. Obat, hati nek, tidak dapat duduk, dan punggungnya sakit, budeng kalingsih, namanya, obat, sarana, daun kadal, dibakar, musi sejumput, banyak juga bisa, perasannya diminum. Lulurannya, daun myana hitam, adas,
[28b]   kemiri. Obat kepala pusing (puruh), sarana, jahe, rajah seperti ini,________ bawang rajah seperti ini,________ mantra, ong bhatara I luh a yoga ngadeging panonku, tka sanak, rep siddha mantranku (Ya, Bhatara I Luh beryoga berdiri mataku, ampuhlah mantraku). Inilah tanda-tanda tentang penyakit, di antaranya, jika nafas hampir meninggalkan raga, upas tahunan menyakiti, sarana, buah jeruk, gula, isinrong (rempah-rempah), dilumat, airnya diminum. Jika kukunya (tampak) kuning, krikan gangsa, (sumber) penyakitnya, sarana, air kencing bebek, kunyit warangan , di minum. Jika matanya kuning kemerah-merahan, upas dewek yang menyakiti, sarana, kulit mangga hijau, asam yang direbus, air bayam puring, diminum.
[29a]   Jika mata kukunya tampak kemerahan, upas hyang yang menyakiti, sarana, akar paku nasi, adas, bawang yang dipanggang, diminum. Mata merah, seakan hendak keluar, senantiasa gelisah, pelipis mata bagai ditusuk, kuku (tampak) biru, racun yang menyebabkan, hendaknya diobati. Gigi goyah dan gatal, itu terkena racun warangan , dikumur dengan air hangat, menggigil kedinginan, dan batuk yang terus menerus, terkena reratus (campuran racun), sarana, daun kembang sepatu putih termasuk akar, dan kulitnya, diminum, dimantrai dengan mantra penawar, borehnya daun ketepeng, ditetesi boreh dahuti, kasisat putih, sari -
[29b]   kuning, klembak, kasturi, teteskan, jika pergelangan tangannya terasa gemetar, itu terkena cetik (racun), teteskan, hendaknya di obati. Jika terkena cetik (racun) upasmat , sarana, cendana digosokkan pada dulang, tahi nlati (sari-sari tanah), kulit pohon bengkel, kulit pohon kendal, semua dipanggang tanpa dibalik, dilumatkan, air saringan airnya, diminum, mantra, ong hayu gumi, kewu hana janma manusa, teja bhumi hana teja manusa, bhatara hana manusa, amlaku kasakten, siddhya mandi mantranku (Ya, damailah bumi, ada manusia, sinar bumi dan sinar manusia, Bhatara, ada manusia menggelar kesaktian, ampuhlah mantraku), Obat tidak bisa kencing, sarana, air beras, isinrong gegambiran, minum, berhasil lancar karenanya.
[30a]   Obat, tidak dapat berak dan kencing, tai buritan, namanya, sarana, kapkap, pulasari, bawang adas, garam, semburkan pada bagian bawah pusarnya. Sebagai lulurannya pada bagian bawah punggung, sarana, akar pohon canging, akar jaruju, pulasari, bawang adas. Sebagai minumannya, sarana, minyak kelapa, secukupnya, air jeruk nipis, secukupnya, air garam laut, minum. Lagi, sarana, kulit pohon kemiri, air cuka, diminum. Obat, tidak dapat berak, sarana, daun jarak muda, diremas, asam, santan, bawang yang digoreng dengan lemak babi, minum. Obat, bengkak-bengkak (bteg), kunyit warangan yang sudah tua, kulit pohon canigara, kulit pohon tingulun, diurapkan. I-
[30b]   -ni tanda-tanda orang meninggal, jika kulit orang yang sakit tampak keriput, kemudian terasa putus-putus, masih seperti tadi keriput kulitnya, orang tersebut dapat dikatakan mati. Lagi jika ditekan kukunya pada kuku (yang memeriksa) setelah ditekan, jika tiada tanda kemerahan, orang tersebut dikatakan mati. Obat, tubuh terasa panas, sarana, kapkap gantung, cincang supaya halus, diremas dengan garam dapur, setelah diremas, ditambahkan lengkuas yang dikikir, lempuyang yang dikikir sama dengan lengkuas, ketumbar, babolong, di aduk dengan air cendana, bekas gosokan, kemudian dikukus, setelah masak, disemburkan semua. Pada setiap bagian tubuh, sarana, kulit nagasari, kencur, pulasari. Obat, anak__ yang badan-
[31a]   -nya panas, sarana, daun gentawas, diremas dengan garam, di campur dengan kelapa yang dikikir, dipepes, setelah matang, semburkan pada seluruh badan. Obat, memecahkan dan perut yang bengkak, sarana, mengkudu yang mentah, rempah-rempah lengkap (isinrong jangkep), limbah air garam, direbus, setelah matang, diminumkan. Sebagai obat menempelkan pada hulu hati dan pada perut yang membengkak, sarana, wong / jamur kilas clagi, berisi asam yang direbus, rempah-rempah (isinrong wayah), dicampur dengan santan kental, dialasi dengan daun mengkudu, di rajah garuda, tempelkan. Obat, segala tilas (penyakit kulit), daun kangkang yuyu, buah peron, tawas, rempah-rempah (isinrong wayah), minyak kelapa, itu digunakan dan digo-
[31b]   -reng, setelah masak, dioleskan. Lagi sebagai sarana membersihkan, sarana, lengkuas atenggek manuk, daun dadap, digerus, ambil perasannya, dipakai untuk membersihkan. Lagi sebagai penekan dengan halus berkali-kali, sarana, buah kelapa muda diambil bersama dengan serabutnya, dibakar, sesudah dirasa hangat ditekan-tekan dengan halus. Obat, penawar luka perut di dalam, sarana, lengkuas, cendana, sama-sama digosok, dibuatkan air seduhan, sesudah mendidih airnya, seperempat, dengan setengah perempat, air gosokan cendana, gosokan lengkuas, disendok tiga kali, minum. Obat, sakit men-
[32a]   mendadak, muntah berak, dan keras, upas bengang yang menyakiti, sarana, akar pohon jambu air, akar padang blulang, beras merah, ketan gajih , bawang yang dibakar, digerus, diperas disaring, diminumkan. Haji montong, sarana, daun ambulu , daun karuk , merica, digerus sampai halus, gosokan air ketumbar, ditambahkan madu, dioleskan/ diurapkan pada penis, sebisanya, pantangannya tidak bersenggama dengan istri, 3, hari. Memperbesar penis, sarana, pijer cihna, damar sela, digerus, dicampur madu, minum menghadap ke timur, dapat panjang karenanya. Obat supaya kuat (panglanang), bubur ketan gajih , air tuak manis, dibubuhi merica,
[32b]    manjur. Obat, rahasia (kemaluan), sarana, limau purut, digerus, dilulurkan pada tempat rahasia (kemaluan). Ini merapatkan vagina, sarana, gajihing tikus, gajihing dadali, sama-sama takarannya, dilulurkan / diurutkan pada vaginanya, kembali muda / rapat karenanya. Lagi, sarana, minyak uduking kacapa, minyak uduking tikus, sama-sama takarannya, diurutkan pada vagina setiap hari. Lagi, sarana, kulit gintungan, air kunyit, merica, pala, madu, kalupa, getah angsana, dilumatkan, diminum. Lagi, sarana, lengkuas, kapur (lengkuas) , limau purut, diborehkan pada vagina, senantiasa terasa (bergairah) olehnya. Lagi, sarana, lawos- [33a]   -s, Lempuyang, air kunyit, ketumbar, sari-sari kembang sepatu__ (lungid), digerus, di lulurkan pada vagina. Obat keputihan, sarana, kamubugan, bersama dengan akar kulit dan daun, daringo (simbukan), jasu merah satu, garam dapur, minum menghadap ke timur. Obat, bersenggama dengan perempuan, sarana, bubur ketan gajih , sesudah masak, dibubuhi merica, 21, butir, telur ayam mentah yang baru, 1, dicampur dengan santan, kelapa hijau, dimakan. Supaya kuat, sarana, maja kling pala, lungid (sari-sari kembang sepatu) jeruk purut, daun cungor, digerus semua, ditambahkan minyak, dioleskan / dilulurkan pada penis, lama beraksinya. Meningkatkan gairah sex, sarana, bunga jaruju, jasun putih sebiji,
[33b]   dilumatkan. Menghidupkan gairah sex, kelapa muda hijau, yang dikikir, dipanggang, dibakar, sebuah tempat, setelah dipanggang / rebus, dicampur dengan madu, bisa dimakan. Selesai disalin, oleh Ida Bagus Ktut Gdhe Engkeg, berasal dari Grya Tandeg Batur Rening, Prabekelan Mambal, Distrik Abiansemal, pada hari, coma, Pon, wuku Ugu, titi (tanggal) , panglong (tilem / purwani) hari ke 14, bulan, ke Empat, I Saka Warsa, 1883, tahun Masehi, 1961.
[34a] 
[34b]     [End]
 
Back | Top
Text Only: Kawi | Indonesian | English
Home | Readme | Table of Contents | Lontar Pages
 
© Visualized by Yayasan Bali Galang 2003. All rights reserved.

Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
 
 
 
 
Di-link Dari Sini
 
 
 

Web
 
 
 

Tampilkan posting dengan label Dunia Marketing. Tampilkan semua posting
Tampilkan posting dengan label Dunia Marketing. Tampilkan semua posting

INTERNET MARKETING SOLUSI UNTUK TAMBAHAN PENGHASILAN

Banyak tawaran sebagai internet marketing yang beredar, namun kebanyakan ternyata hanya tawaran menjual ebook & menjual teori-teori saja. Ingin tahu Internet Marketing Sesungguhnya? Banyak orang Indonesia yang memanfaatkan internet untuk keperluan yang kurang bermanfaat, misal : hanya baca-baca mail-list, mencari-cari artikel yang disukai namun hanya untuk iseng, menjelajah website porno, politik, gosip artis, dan sebagainya. Mengapa anda tidak memanfaatkan waktu luang anda untuk hal-hal yang bermanfaat & mendapatkan panghasilan tambahan? Kami dari IndonesiaCommerce.com Group menawarkan hal ini, yaitu dengan menjadi seorang internet marketer dari Indonesia-Product.com. Jika waktu luang anda dimanfaatkan dengan tepat dan berguna maka anda akan mendapatkan penghasilan tambahan yang tidak sedikit dan sekaligus membantu ekspor Indonesia ke luar negeri.

Program Internet Marketing ini memberi peluang pada anda untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang tidak sedikit hanya cukup melalui kegiatan di internet. Bisa dikerjakan dimana saja (area tersebut ada fasilitas internetnya) , kapan saja dan oleh siapa saja.
Indonesia-Product.com adalah suatu portal yang bertujuan untuk mempromosikan website-website Indonesia yang berorientasi ekspor ke luar negeri.

Cara kerja Internet Marketing dari Indonesia-Product.com adalah :
- Anda mendaftar menjadi Internet Marketer ke kami via email
- Jika anda diterima maka kami akan menjawab via email dan anda mendapatkan Nomor Internet Marketer.
- Anda menawarkan penawaran (contohnya sudah ada,tinggal di download) ke website-website dari Indonesia yang berorientasi ekspor (ada ribuan website yang bisa ditawari)
- Setiap melakukan sejumlah penawaran maka harus membuat laporan ke kami via email.

- Jika client yang anda tawari jadi bergabung maka anda akan mendapat bonus (persentase, berupa rupiah) dari kami dan bonus ini akan kami transfer langsung ke no rek anda.
- Pekerjaan ini bisa dikerjaan oleh siapa saja, dari tempat lokasi mana saja (selama disitu ada jaringan internet) dan waktunya bebas dilakukan kapan saja, bisa pagi, siang, sore maupun malam. Inilah Internet Marketing sesungguhnya.

Anda berminat? silahkan baca informasi lengkap di :
http://www.indonesia-product.com/marketing/
Selamat Bergabung !

Portal Promosi Website Indonesia yang Berorientasi Export
http://www.Indonesia-Product.com
Powered by IndonesiaCommerce.com

Portal Pendukung :
http://www.Indonesia-Export.com
http://www.Indonesia-Handicraft.com
http://www.Indonesia-Furniture.com
http://www.IndonesiaJewelry.com
http://www.IndonesiaGarment.com
http://www.IndonesianNaturalStone.com
http://www.Swallow-Nest.com
dan beberapa portal lainnya (sekitar 10 portal lainnya)

Sumber : http://www.detikpublishing.com/read/news/2009/12/11/171500/1118/25167/kerja-sebagai-internet-marketing-untuk-tambahan-penghasilan
Reaksi: 

botanical research

Botanical Research Institute of Texas

Uit Wikipedia, de vrije encyclopedie

Ga naar: navigatie, zoeken
Het Botanical Research Institute of Texas (BRIT) is een onderzoeksinstituut dat zich richt op onderzoek op het gebied van de plantkunde. Het is gevestigd op twee locaties in Fort Worth (Texas). Het instituut houdt zich bezig met het vergroten van de botanische kennis door educatie, wetenschappelijk onderzoek, het uitbrengen van wetenschappelijke publicaties en het verzamelen van plantmateriaal.
Het onderzoeksinstituut werd in 1987 opgericht om het herbarium en de botanische bibliotheek van de Southern Methodist University te huisvesten. Het instituut startte met de herbariumcollectie van circa 450.000 specimens van Lloyd H. Shinners (1918-1971), een Texaanse botanicus. Zijn persoonlijke boekencollectie en die van Eula Whitehouse werden toegevoegd aan de bibliotheek. In 1991 ging het instituut open voor het publiek. In 1997 doneerde de Vanderbilt University zijn herbarium van meer dan 360.000 specimens aan het instituut.
Het instituut is van maandag tot en met vrijdag te bezoeken door het publiek. Het Main Office huisvest het herbarium en het grootse deel van de activiteiten. Het Education Office bevindt zich op een andere plek in Fort Worth. Hier vinden de educatieve activiteiten plaats. Er zijn plannen om het instituut te verhuizen naar een locatie naast de Fort Worth Botanic Garden.
Het herbarium bevat meer dan een miljoen specimens. De herbariumspecimens komen van vindplaatsen van over de hele wereld, maar vooral uit Texas en de zuidoostelijke Verenigde Staten. De collectie bestaat uit vaatplanten (vooral uit de composietenfamilie, de cypergrassenfamilie, de grassenfamilie en de vlinderbloemenfamilie), mossen, korstmossen, wilde planten en gecultiveerde planten. Op verzoek determineren stafleden van het instituut planten. De bibliotheek is op weekdagen geopend voor het publiek en heeft een collectie van meer dan 95.000 volumes.
Het instituut richt zich op onderzoek op meerderde terreinen, voornamelijk floristiek en systematiek, ecologie van landschappen en de relaties tussen planten en mensen (etnobotanie). Met het Illustrated Texas Floras Project richt het instituut zich op de flora van Texas. Samen met wetenschappers uit Indonesië en Papoea-Nieuw-Guinea werken wetenschappers van het instituut aan het in kaart brengen van de flora van Nieuw-Guinea. In het Andes to Amazon Biodiversity Program werkt het instituut in de regio van de Andes en de Amazone in Peru samen met wetenschappers van meerdere wetenschappelijke organisaties waaronder Conservation International.
Het instituut verzorgt meerdere uitgaven. Het wetenschappelijke tijdschrift Journal of the Botanical Research Institute of Texas verschijnt twee keer per jaar. Daarnaast publiceert het instituut boeken in het Spaans en het Engels over diverse botanische onderwerpen. Iridos is een tweejaarlijkse publicatie die informeert over recente activiteiten en ontwikkelingen van het instituut.
Het instituut is aangesloten bij de Council on Botanical and Horticultural Libraries (CBHL); een internationale organisatie van individuen, organisaties en instituten die zich bezig houden met de ontwikkeling, het onderhouden en het gebruik van bibliotheken met botanische literatuur en literatuur over tuinen. Tevens is het instituut aangesloten bij de American Institute of Biological Sciences (AIBS), een wetenschappelijke associatie die zich richt op het bevorderen van biologisch onderzoek en onderwijs in de Verenigde Staten. Ook is het instituut aangesloten bij de Plant Conservation Alliance (PCA), een samenwerkingsverband dat zich richt op de bescherming van planten die van nature voorkomen in de Verenigde Staten. Het instituut is lid van de Natural Science Collections Alliance, een Amerikaanse non-profit-associatie die zich richt op de ondersteuning van natuurwetenschappelijke collecties, hun menselijke middelen, de instituten die de collecties huisvesten en hun onderzoeksactiviteiten.

[bewerken] Externe link

Powered by MediaWiki
Wikimedia Foundation